ABU BAKAR AS SIDIQ
Nama dan Nasab Beliau
Nama Abu
Bakar ash-Shiddiq yang sesungguhnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah – Usman –
bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai
bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek
yang keenam.
Dan ibunya
adalah Ummu al-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah.
Mus’ab bin
az-Zubair berkata, ‘Segenap ummah telah ijma’ tentang gelar yang diberikan
kepada beliau radhiallahu ‘anhu dengan ‘Ash-Shiddiq’ adalah karena beliau
selalu membenarkan apa yang diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam’.
Kelahiran dan Pertumbuhan Beliau
Beliau
dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau tumbuh di kota Makkah, dan beliau tidak meninggalkan
kota tempat tinggalnya kecuali untuk tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu
suku Quraisy, dan ahlu syura diantara mereka pada zaman jahiliyah.
Dan beliau
juga terkenal sebagai orang yang meninggalkan khomr pada masa jahiliyah, ketika
beliau ditanya :’Apaka engkau pernah meminum khomr dimasa jahiliyah ? beliau
menjawab : A’udzubillah (aku berlindung kepada Allah), kemudian beliau ditanya
lagi, ‘Kenapa?’ , beliau menjawab : aku menjaga dan memelihara muru’ahku
(kehormatanku), apabila aku minum khomr maka hal itu akan menghilangkan
kehormatan dan muru’ahku. (lihat : Tarikh al-Khulafa’, hal: 32)
Karakter Fisik dan Akhlak Beliau
Abu Bakar
adalah orang yang bertubuh kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter
bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil
pinggangnya (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu
berkeringat, hitam warna matanya, berkening lebar dan selalu mewarnai
jenggotnya dengan innai maupun katam.”
Adapun
akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu
memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi,
penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan
garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah
dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat,
zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi
Allah, serta lembut dan ramah, semoga allah meridhainya. Akan diterangkan
setelah ini hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
Kisah Keislaman Beliau
Abu Bakar
adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu
masuk Islam daripada beliau, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama
kali masuk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk
Islam dari golongan budak.
Ternyata
keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum
muslimin dibandingakn dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang
tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya
maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah radhiyallahu anhum.
Di awal
keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak
40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena
keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal radhiyallahu anhu. Beliau selalu
mengiringi Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selama di Makkah, bahkan dia
lah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan
hijrah hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti
seluruh peperangan yang diikuti Rosulullahu shalallahu ‘alaihi wa sallam baik
perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan
di Tabuk.
Istri-Istri dan Anak-Anak Beliau
Abu Bakar
pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa
jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga
menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari
Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga
menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan
sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil
pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada
waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga
menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris
bin al-Khazraj.
Abu Bakar
pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian
mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu
tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal
Rasulullah shalallahu ‘alihi wa sallam. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu
Khultsum setelah wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Beberapa Keutamaan Beliau
Keutamaan
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu sangat banyak sekali dan telah dimuat
dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun
kitab-kitab tarikh, namun disni akan dinukilkan sebagian apa yang telah di
ringkas oleh Doktor Muhammad as-Sayyid al-Wakil dalam kitabnya “Jaulah
Tarikhiyah fi ‘asri al-khulafa’ ar-Rasyidin”, dan beberapa kitab lainnya,
diantaranya adalah :
*Para Ulama
Ahlus Sunnah telah ijma’ bahwa manusia termulia setelah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Khaththab,
kemudian utsman bin Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian sepuluh orang
sahabat yang di khabarkan masuk surga, kemudian seluruh sahabat yang mengikuti
perang Badar (ahlu badar), kemudian para sahabat yang mengikuti perang Uhud,
kemudian para sahabat yang mengikuti Ba’iat Ridwan (ahlu bai’at), kemudian
sahabat-sahabat lainnya yang tidak termasuk sebelumnya.
* Imam al-Bukhari
meriwayatka dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata, ‘Kami
memilih orang-orang di masa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami
memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman’. Dan Imam Ath-Thabari
menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun kecuali ia memiliki
dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari penduduk bumi,
adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril dan Mika’il,
sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.
* Dan Abu
Ya’la menluarkan dari ‘Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Jibril baru saja datang
kepadaku, maka aku berkata : wahai Jibril khabarkan kepada saya tentang
keutamaan Umar bin Khaththab, ia (Jibril) menjawab, ‘kalaulah aku berbicara
tentang keutamaan Umar selama – lamanya Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya –
niscaya aku belum selesai dari membicarakan keutamaan Umar, dan sesungguhnya
keutamaan-keutamaan yang dimiliki Umar hanyalah satu hasanah (kebaikan) dari
kebaikan-kebaikan yang dimiliki Abu Bakar”.
* Beliau
Adalah Sahabat Yang Menemani Rasulullahu ‘alaihi wa sallam di Gua ketika Hijrah.
Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 40 yang artinya, “Jikalau tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua , diwaktu dia
berkata kepada temannya, janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama
kita.”(at-Taubah: 40). ‘Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat
ini mengatakan , “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
*
Diriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar
pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham, maka Abu
Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mangantarkan hewan
tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan perjalananmu
bersama Rosulullah ketka keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin
sibuk mencari-cari kalian.”
* Abu Bakar
berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga
datang waktu dhuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat
istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera
kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk
Nabi shalallahu ‘alihi wa sallam, kemudian aku katakan kepadanya,”Istirahatlah
wahai Nabi Allah.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah
sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba
aku melihat ada seorang penggembala kambing sedang mengiring kambingnya kebawah
teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya
padanya, ”Siapa tuanmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si Fulan,
seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya
kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab , “Ya”
lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya” Maka
dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan
dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan
debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu,
sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung
susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke tempat
tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan
padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat
beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera
kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya!” akhirnya kami melanjutkan
perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak
satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang
mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullah, “Orang ini telah berhasil
mengejar kita wahai Rasulullah,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir,
sesungguhnya Allah bersama kita.”
Diriwayatkan
dari Anas dari Abu Bakar radhiyallahu anhu beliau berkata, “Kukatakan kepada
nabi shalallahu ‘alihi wa sallam ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja
mereka (orang-orang musyrikin) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’
Rasul menjawab, “Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia
sementara Allah menjadi yang ketiga.”
Masa Kekhalifahan Beliau
Dalam
riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu` anha, bahwa ketika
Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau
yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian
masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai
akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah
yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis
kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan
menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada
dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan
Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah
wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu
Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa
diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah
mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan
tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :
“Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas
radhiyallahu` anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak
mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar
membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun
diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin
Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah,
sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar,
sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke
tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi
memang sudah meninggal.”
Dalam
riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati
mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di
sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata :
“Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!”
maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai
bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi
Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku
sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar
bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata :
“Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab bin
al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari
kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab :
“Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka
(kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan
paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka
Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang
yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang
tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu
ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin
Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut
`ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk
penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang
wanita desa berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu
kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata :
“tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian.
Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini
sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap
memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Ketika Abu
Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi
urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan
haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H.
beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya.
Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang
dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu
(telah datang)!”
Maka Abu
Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk
bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh
dengan sempurna sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu
Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah
menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu
datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru,
Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam
kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua
menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu
Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah
persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku, tidak
ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi
beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk
menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata :
“Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak
ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman.
Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Wafat Beliau
Menurut para
`ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya
antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika
meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan
oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping
makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar
(ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah
putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah
bin Ubaidillah.
REFERENSI
1.
Karakteristik Sahabat Rasul
2.
10 orang yang Dijamin Masuk Surga
HAKIKAT IBADAH
Makna Ibadah
Ibadah berasal dari kata ‘abada yang
berarti menghamba. Dari kata itu kita temukan kata ‘abdun yang berarti budak
(hamba).
Pangkal
dan Hakikat Ibadah
Allah telah ciptakan jin dan manusia
untuk beribadah, bahkan kegiatan ibadah ini tidak saja dilakukan oleh manusia
sekarang setelah nabi SAW, tetapi ibadah ini merupakan kegiatan manusia sebelum
nabi SAW. Oleh karena itu, ibadah adalah misi dan tugas manusia yang Allah
tunjukkan. Manusia hidup untuk ibadah bukan untuk yang lainnya. Setiap gerak
dan langkah manusia adalah ibadah, apakah dalam bekerja, di rumah, di sekolah
dan di mana saja. Dengan demikian, ibadah adalah tugas manusia yang perlu
dihayati dengan ilmu dan amal.
Hakikat ibadah yang merupakan tugas
kehidupan manusia adalah menyembah Allah dan mengingkari thaghut. Motivasi kita
beribadah adalah karena kita dapat merasakan bahwa begitu banyak nikmat Allah
pada diri kita seperti mata, telinga, rezeki, harta, anak, isteri, dan
pendidikan yang menyebabkan kita harus selalu bersyukur pada-Nya.
Selain itu, motivasi ibadah juga didasarkan
kepada rasa keagungan Allah SWT dan kehebatan-kehebatan-Nya yang dapat dilihat
dari ciptaan-Nya di alam semesta ini. Dengan perasaan bahwa nikmat Allah yang
begitu besar dan begitu agungnya Allah, maka kita termotivasi mengabdi hanya
kepada Allah saja.
Oleh karena itu, hendaknya ibadah yang
kita lakukan dengan penuh keikhlasan, hanya mengharap ridho Allah semata.
Ibadah yang kita lakukan hendaknya dengan tujuan :
·
Merendahkan diri di hadapan Allah,
karena kita hanyalah makhluk yang lemah.
·
Kecintaan kepada Allah, karena Allah
adalah cinta sejati kita.
·
Ketundukan, dengan rasa tunduk dan
penuh ketaatan kepada Allah
Ibadah yang dilakukan hendaknya
merupakan wujud dari penghinaan diri, cinta, dan ketundukan manusia pada
Rabb-Nya. Ibadah memiliki berbagai tingkatan yang menentukan hasil ibadah itu
sendiri di sisi Allah. Ibadah tanpa diikuti dengan kecintaan dan ketundukan
akan menjadikan ibadah sia-sia dan kurang bermakna bagi kehidupan individu
tersebut. Begitu pula ibadah tanpa rasa penghinaan diri. Ibadah yang menambah
kemantapan apabila dilakukan dengan penuh rasa takut dan harap. Hal ini
menunjukkan bahwa ibadah dilakukan secara khusyuk.
Keseimbangan
dalam Ibadah
Ibadah yang kita lakukan merupakan
wujud keseimbangan antara pengharapan dan ketakutan. Berharap bahwa Allah akan
mengampuni segala dosa-dosa kita dan rasa takut akan azab dan siksa Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar