Minggu, 13 Mei 2012

Khusyu dalam Shalat, Ma'rifaturrasul, Akhlak Muslim


KHUSYU’ DALAM SHALAT

Makna Khusyu’
Khusyu’ pada pengertian bahasa berarti tunduk dan merendah diri. Orang yang khusyu’ ialah orang yang tunduk dan merendah diri. Adapun pengertian khusyu’ di dalam sholat, akan dikemukakan dari beberapa pandangan ulama tentang makna khusyu’ di dalam sholat;
1.       Berkata Saidina ‘Ali r.a.; “Khusyuk itu ialah khusyuk hati”. Menurut riwayat lain, beliau berkata; “Khusyuk itu ialah tidak berpaling ke kanan atau ke kiri”.
2.        Menurut Imam al-Qurthubi; “Khusyuk ialah suatu keadaan di dalam jiwa di mana dia mewujudkan keadaan tetap (tenang) dan merendah diri segala anggota”.
3.       Menurut Imam Zamakhsyari; “Khusyuk dalam sholat ialah hati berkeadaan takut dan mata selalu tunduk (ke tempat sujud)”. (al-Kasysyaf).
4.       Berkata Imam al-Jurjani; “Orang yang khusyuk ialah yang merendah diri kepada Allah dengan hati dan segala anggotanya”. (at-Ta’rifat)
5.       Menurut Imam al-Kalbi; “Khusyuk itu ialah suatu keadaan di hati di mana dia mempunyai sifat takut, muraqabah (selalu memperhati kan Allah) dan merendah diri kepada kebesaran Allah, kemudian dia mempengaruhi segala anggota yang membawa berkeadaan tetap, serius melakukan sholat, tidak berpaling-paling, menangis dan berdoa”.
Dari penjelasan para ulama di atas, dapat kita simpulkan bahwa khusyuk di dalam sholat hendaklah menggabungkan dua bentuk khusyuk;
·         Khusyuk batin; yaitu khusyuk hati dengan menghadirkan di dalam hati perasaan takut kepada Allah, rendah diri serta mengharapkan rahmatNya.
·         Khusyuk lahir; yaitu khusyuk kepala dengan cara menundukkannya, khusyuk mata dengan cara tidak menoleh atau berpaling-paling, khusyuk tangan ialah dengan meletakkan tangan kanan ke atas tangan kiri dengan penuh hormat seperti perlakuan seorang hamba dan khusyuk dua kaki ialah dengan tegaknya berpijak dan berkeadaan tetap, tidak bergerak. Khusyuk lahir ini terbit dari khusyuk batin atau hati tadi.
Urgensi Khusyu dalam Sholat
1.       Khusyu dalam shalat menjadi cermin seorang hamba di luar sholat, khusyu dalam shalat merupakan ketundukan hati dalam zikir dan konsentrasi hati untuk taat yang hasilnya diperoleh di luar sholat. Oleh karena itu, Allah memberi jaminan kebahagiaan bagi mukmin yang khusyu dalam shalatnya. (QS Al Mu’minun : 1-3)
2.       Meninggalkan khusyu merupakan bencana bagi seorang mukmin, karena meninggalkan khusyu dalam sholat  akan memberi pengaruh buruk bagi pelaksanaan agamanya.
3.       Khusyu adalah puncak mujahadah seorang mukmin, karena hanya dimiliki seorang mukmin yang selalu bersungguh-sungguh dalam muraqabatullah.(QS Al Baqarah : 45-46, Al Baqarah : 238).
Rahasia-rahasia Untuk Mendapat khusyu di dalam Sholat menurut Imam Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali, untuk menghadirkan khusyu di dalam hsolat, ada enam perkara yang perlu kita lakukan:
·         Hudhur al-Qalbi, yaitu menghadirkan hati kita ketika menunaikan sholat.
·         At-Tafahhum, yaitu berusaha memahami segala perkara yang dilakukan di dalam sholat.
·         At-Ta’dziem,yaitu merasakan kebesaran Allah dengan merasa bahwa diri kita kecil di hadapan Allah.
·         Al-Haibah, yaitu merasakan keagungan Allah ketika berada di hadapan-Nya.
·         Ar-Raja’, yaitu sentiasa menaruh harapan besar kepada Allah mudah-mudahan sholat yang dikerjakan akan diterima oleh Allah.
·         Al-Haya’, yaitu merasa malu terhadap Allah atas segala kekurangan dan kecacatan yang terdapat di dalam sholat.



AKHLAK MUSLIM

Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat ke-islaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah.” Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur akidahnya.”(H.R. Tirmidzi)
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman manusia adalah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la)
“Hai Abu Dzar, maukah aku tunjukkan dua perkara yang sangat ringan dipikul dan lebih berat timbangan daripada perkara-perkara lainnya?”Abu Dzar menjawab,”Mau ya Rasulullah.” Rasulullah berkata,”Engkau harus berakhlak luhur dan banyak berdiam mulut (tidak banyak bicara). Maka demi Allah yang jiwaku berada pada kekuasaan-Nya, tidak ada yang lebih indah dari manusia-manusia ciptaan-Nya daripada mereka yang mengerjakan kedua perkara tersebut.”(H.R. Tabrani dan Abu Ya’la)
Akhlak adalah buah ibadah. Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat.
“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya.”(H.R. Abu Daud dan At Tirmizi)
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah swt. “Sesungguhnya termasuk insan pilihan diantara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.”(Muttafaq’alaih).
“Seburuk-buruk umatku adalah orang yang banyak omong, bermulut besar dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik umatku adalah mereka yang paling baik akhlaknya.”(H.R. Bukhari)
Akhlak Sesama Muslim
·         Memenuhi janji ( al Isra : 34, an Nahl : 91, Al Maidah :1, As Shaff : 2-3)
·         Menghubungkan tali persaudaraan (An Nisa : 36, ). Dari Anas ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang ingin dilapangkan untuknya rizkinya dan diakhirkan untuknya dalam ajalnya maka hendaklah menyambung tali silaturahimnya.” ( HR.Bukhari-Muslim). Dari ‘Aisyah ra. dia berkata “Rahim itu digantung diatas ‘Arsy, dia berkata: “Siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutusku maka Allah akan memutusnya.” (HR.Bukhari-Muslim).
·         Waspada dan menjaga keselamatan bersama (Al Maidah : 2, Al Asr : 1-3).
·         Berlomba mencapai kebaikan (Al Baqoroh: 148, Ali Imron : 133)
·         Bersikap adil (an Nahl : 90, Al Hujurut : 9)
·         Tidak boleh mencela dan menghina (Al Hujurat : 11, Al Humazah : 1). Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah berkata:”Cukuplah kejelekan seseorang jika menghina saudaranya sesama.” (HR.Muslim).
·         Tidak boleh bermarahan (Al Qalam : 4, Ali ‘Imron : 134).
·         Menjaga rahasia (Al Isra : 34).
·         Mengutamakan orang lain (Al Hasyr : 9, Al Insan : 8).
·         Saling memberi hadiah. “ Hendaklah kalian saling memberi hadiah pasti kalian saling mencintai.” (HR.Al Baihaqi)
MA’RIFATURRASUL (MENGENAL RASUL)

Makna Risalah dan Rasul
Risalah adalah sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasul: Seorang laki-laki (QS 21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.
Pentingnya Iman kepada Rasul
·         Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .
·         Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Tugas para Rasul
1.       Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa: a) Ma’rifatullah [QS 6:102] (Mengenal hakikat Allah), b) Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah], c) Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)
2.       Mendidik dan Membimbing [62:2]
Sifat-sifat para rasul
1.       Mereka adalah manusia (QS 17:93-94,8:110)
2.       Ma’shum [terjaga dari kesalahan] [QS 3:161, 53:1-4]
3.       Shiddiq (jujur/ benar) [QS 39:33, 53:3-4]
4.       Fathanah (cerdas) [QS 48:27]
5.       Amanah (QS 4:58)
6.       Tabligh (menyampaikan) [QS 5:67]
7.       Iltizam (komitmen) [QS 17:74, 68:1-8]
8.       Khuluqun ‘azim (akhlak yang agung) [QS 68:4]
9.       Akhlak Qur’an
10.   Uswatun hasanah (teladan yang baik) [QS 33:21]
Akhlak Rasulullah SAW
Ciri utama Rasulullah saw yang paling menonjol adalah akhlak beliau yang sangat mulia. Kemuliaan akhlak beliau diakui bukan hanya oleh kawan, tapi juga oleh lawan. Tak terhitung berapa banyak tokoh-tokoh kafir yang semula memusuhi beliau, berbalik menjadi pendukungnya yang paling tangguh. Bahkan kemuliaan akhlak beliau itulah menjadi rahasia besar di balik keberhasilan dakwah Islam. Allah Tuhan semesta alam memuji beliau dengan firman-Nya, “ Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung.” ( QS.Al-Qalam (68):4 ).
 “Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari dirimu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan kebaikan untukmu, pemaaf dan penyayang kepada orang-orang mukmin.” ( QS.Al-Taubah (9):128)
Profil Rasulullah SAW menurut seorang ulama Islam Syaikh Dr. Ramadhan Al Buthi :
·         Orang yang paling dermawan
·         Orang yang paling baik akhlak dan sosok tubuhnya
·         Orang yang paling baik pergaulannya dan paling takut Allah
·         Tidak pernah marah atau mendendam
·         Akhlaknya adalah akhlak Al Qur’an
·         Orang yang paling tawadhu
·         Memenuhi kebutuhan keluarganya dan merendahkan sayapnya untuk orang-orang lemah
·         Orang yang paling pemalu
·         Tidak pernah mencela makanan
·         Beliau menyukai manisan, madu, dan buah labu
·         Beliau menerima hadiah dan tidak menerima sedekah
·         Beliau biasa mengesol sepatu, menjahit pakaian, membesuk orang sakit, dan memenuhi undangan baik orang kaya maupun orang miskin
·         Zuhud (tidak cinta dunia)
·         Banyak melakukan zikir dan piker
·         Tidak pernah tertawa lebar, tetapi hanya tersenyum
·         Berlaku lemah lembut terhadap para sahabatnya, memuliakan orang-orang yang dimuliakan kaumnya dan mengangkatnya menjadi pemimpin mereka.

REFERENSI
1.       Aqidah Seorang Muslim
2.       Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka Mantiq

Keutamaan Ilmu


KEUTAMAAN ILMU

. مُسْلِمٌ رَوَاهُ الجَنَّةِ إِلَى طَرِيْقًا لَهُ اللهُ ا سَهَّلَ  عِلْمً فِيْهِ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ سَلَكَ وَمَنْ:قَالَاللهِ رَسُوْلَ أَنَّ هُرَيْرَةَ أَبِى وَعَنْ
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan utk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
Hadits tersebut menjelaskan tentang keutamaan ilmu. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Dan barang siapa menempuh satu jalan utk mendapatkan ilmu maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga”. “Menempuh Jalan” disini mencakup: Jalan secara inderawi yaitu jalan yg dilalui kedua kaki seperti sesorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk menimba ilmu baik berupa masjid madrasah ataupun sekolah dan lain sebagainya. Dan termasuk dalam hal ini adalah seseorang yang berjalan/ pergi dalam rangka mencari ilmu dari negerinya ke negeri lain.Selain jalan inderawi, mencakup juga jalan yg bersifat maknawi, yaitu mencari ilmu dari pendapat dan perkataan para ulama’ dan kitab-kitab. Maka orang yg menelaah kitab-kitab untuk mengetahui dan mendapatkan hukum permasalahan syari’at walaupun dia duduk diatas kursinya maka ia telah menempuh satu jalan mendapatkan ilmu. Barang siapa duduk dihadapan seorang syaikh dia belajar darinya maka ia telah menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu walaupun ia duduk. Barangsiapa menempuh jalan tersebut maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga karena dengan ilmu syar’i kita akan mengerti hukum-hukum Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita mengetahui syari’at apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya sehingga kita akan ditunjuki  jalan yang Allah ridhoi dan menghantarkan kita ke jannah. Jika bertambah semangat untuk menempuh jalan yang mengantarkan kepada ilmu, maka bertambah pula kemudahan jalan yang mengantarkanmu ke surga.

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, begitu Nabi bersabda.
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah:
” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
Keutamaan Ilmu
1.       Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:
“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (HR. Muslim)
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan)
2.       Ilmu adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
Ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”
“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.
“Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”
3.       Ilmu selain diyakini kebenarannya,  juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal, seperti pohon yang tidak berbuah.
“Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits)
Begitu juga amal tanpa ilmu, hanya akan membawa kehancuran. Contohnya orang tidak pernah belajar menerbangkan pesawat tentu akan berbahaya jika dia menerbangkan pesawat. Setelah diamalkan, maka disunnahkan bagi kita untuk mengajarkan ilmu tersebut ke orang lain yang belum mengetahui.
Klasifikasi Ilmu
1.       Ilmu yang diwajibkan untuk tiap individu (fardhu ‘ain), ilmu pengetahuan tentang prinsip keimanan, syariat, hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan, dan muamalah.
2.       Ilmu yang diwajibkan untuk kelompok (fardhu kifayah), ilmu yang jika ada satu/ beberapa orang telah memilikinya, maka yang lainnya tidak lagi dituntut untuk memiliki/ melaksanakannya. Contoh : ilmu kedokteran, ilmu hitung, dll.
3.       Ilmu yang tercela, ilmu yang membawa kemudharatan bagi orang itu sendiri, misalnya : ilmu sihir, santet, ilmu paranormal, ramal, dll.
Adab Menuntut Ilmu
·         Niat
·         Bersungguh-sungguh
·         Terus menerus
·         Sabar dalam menuntut ilmu
·         Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada kita
·         Baik dalam bertanya
Adab Orang yang Berilmu
1.       Semangat mencari ilmu
2.       Hormat pada guru
3.       Sabar
4.       Tidak pernah puas
5.       Mardhotillah
6.       Semangat untuk mempelajari tentang sahabat dan salafus sholih
REFERENSI
1.       Riyadhus Shalihin

Mengenal Al Qur'an


MA’RIFATUL QUR’AN
Pemahaman kaum muslimin, secara umum terhadap al-Qur’an masih parsial. Hal itu menyebabkan al-Qur’an belum difungsikan secara menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Qur’an sebagai obat (syifa) saja. Sebagian yang lain hanya memahami al-Qur’an sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca al-Qur’an. Pemfungsian al-Qur’an oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Qur’an menjadi sangat penting.
 Pengertian al-Qur’an (ta’riful Qur’an)
Para ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’atan – wa qor’an – wa qur’aanan. Kata qoro’a berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur’an pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur’an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur’an dengan akar kata qoro’a, bermakna tilawah: membaca secara tertib (tartil). Kedua makna ini bisa dipadukan jadi satu, menjadi, “al-Qur’an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”
Makna al-Qur’an secara ishtilaahi, al-Qur’an itu adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah SAW yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting: 
·         Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah SWT) (QS 53:4, 15:9), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati. Keberadaannya sebagai wahyu memberikan jaminan kesempurnaan dan kebebasannya dari kekurangan. Kebenaran yang ada di dalamnya adalah mutlak.
·         Al-Qur’an adalah mu’jizat (QS 2:23, 11:14, 17:88). Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur’an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat. Allah telah menjamin untuk menjaganya sehingga tidak akan pernah mengalami perubahan.
·         Al-Qur’an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192-195). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur’an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur’an, maka al-Qur’an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Saat A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab, “Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur’an.
·         Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur’an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur’an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur’an. (QS 15:9).
·         Membaca al-Qur’an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT (QS 35:29-30). Nabi bersabda, “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).
Ali bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi fitnah (kekacauan, bencana)” Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu (yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa yang meninggalkan al-Qur’an dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan barang siapa yang mencari petunjuk pada selain al-Qur’an Allah akan menyesatkannya, Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Qur’an, hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan al-Qur’an, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Qur’an tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis, ketika jin mendengarnya mereka berkomentar ‘Sungguh kami mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasan Al-Qur’an maka ia selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang mengamalkan al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak kepada al-Qur’an dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari Ali r.a.)
Nama-nama Al Qur’an
1.       Al Kitab (kitab) QS 2:2
2.       Al Huda (petunjuk) QS 2:2 dan 185
3.       Al Furqaan (pembeda) QS 25:1
4.       Ar Rahmah (rahmat) QS 17:82
5.       An Nuur (cahaya) QS 5:15-16
6.       Ar Ruuh (ruh) QS 42:52, 40:15
7.       Asy Syifa (obat) QS 10:57
8.       Al Haq (kebenaran) QS 2:147
9.       Al Bayan (penerang) QS 3:138
10.   Al Mau’izhah (nasihat/ pengajaran) QS 3:138, 54:17, 54:22
11.   Adz Dzikr (peringatan) QS 15:9
Kedudukan Al Qur’an
·         Kitab berita dan kabar tentang berbagai hal (QS 78:1-2)
·         Kitab hukum dan syari’at yang harus dipatuhi (QS 5:49-50)
·         Kitab jihad karena memberikan semangat (QS 29:69)
·         Kitab tarbiyah karena mendidik orang-orang yang beriman
·         Pedoman hidup (QS 28:50)
·         Kitab ilmu pengetahuan (QS 96:1-5)
REFERENSI
1.       Diklat ‘Ulumul Qur’an